Kepsek SMKN 6 Kota Serang Diduga Hindari Wartawan soal Pungli

Kepala SMKN 6 Kota Serang Diduga Menghindar dari Wartawan yang Konfirmasi Dugaan Pungli

SERANG, HITAM PUTIH – Kepala SMKN 6 Kota Serang, Hj Ani Risma, diduga menghindar saat hendak dimintai klarifikasi oleh wartawan. Tim Forum Wartawan Banten (FWB) yang datang ke sekolah, Rabu 30 Juli 2025, ingin mengonfirmasi dugaan pungutan liar terhadap siswa baru.

Laporan yang diterima FWB menyebutkan adanya pungutan dalam bentuk “tabungan” seragam sekolah, dengan nominal bervariasi tergantung jurusan.

Biaya Seragam Capai Dua Juta Rupiah

Untuk siswa laki-laki kelas X jurusan Akuntansi, total biaya mencapai Rp1.840.000. Sementara untuk jurusan Teknik Mesin lebih tinggi, yakni Rp2.090.000.

Biaya tersebut mencakup tujuh macam perlengkapan, mulai dari seragam harian hingga sepatu bermerek NB. Seluruh pembayaran disebut dikemas sebagai “tabungan siswa”.

Kepala Sekolah Tak Tampak

Saat tim media mencoba bertemu langsung dengan kepala sekolah, pihak sekolah menyebut Ani Risma tidak berada di tempat.

Namun, keterangan ini berbeda dengan temuan di lapangan. Mobil dinas kepala sekolah terlihat terparkir di halaman sekolah, dan sejumlah guru menyatakan Ani Risma sedang rapat di dalam.

Salah satu guru mengatakan, “Ibu Kepsek tadi rapat bareng saya.” Hal serupa juga disampaikan guru lain yang menyebut kepala sekolah sempat bersama pejabat dinas.

Ada Apa di Balik Pintu Rapat?

Ketua Forum Wartawan Banten, Dzirin Toha, menyayangkan sikap tertutup sekolah. Menurutnya, wartawan sudah menunggu sejak pukul 11.10 WIB hingga 12.45 WIB, namun tak kunjung ditemui.

Kondisi makin janggal saat seorang oknum pengawas dari Dinas Pendidikan, bernama Juhartini, terlihat aktif menanyakan maksud kedatangan media dan memberi kesan membela pihak sekolah.

Toha mengaku curiga ada sesuatu yang ditutupi. Apalagi keterangan yang diterima media berubah-ubah, dari “tidak ada”, “sedang rapat”, hingga “baru keluar”.

Kalau kepala sekolah merasa tak bersalah, kenapa harus sembunyi di balik rapat?
Pendidikan butuh transparansi, bukan main petak umpet dengan publik.

Penulis: Nani Sumarni / (WS/RLS. FWB )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *